Field Trip dan Explore Japan
merupakan agenda di hari ke 4 APPS. Para peserta diajak untuk mengunjungi
beberapa tempat sesuai dengan pembagian kelompoknya masing-masing. Untuk Field
Trip, ada 3 tempat yang dikunjungi yaitu FANCL
factory (Pabrik Kosmetik terkenal bermerek FANCL) di Chiba, Daiichi Sankyo Kusuri Museum (medicine
Museum), dan Life Safety Learning
Center. Kelompokku mendapat kesempatan untuk mengunjungi Life Safety Learning Center.
Sebelum kesana, pagi harinya terlebih dahulu kami singgah
di Asakusa, tempat pariwisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan asing atau
pun warga jepang sendiri. Di sini terdapat kuil-kuil untuk beribadah ataupu
hanya sekedar melihat-lihat saja. Yang paling terkenal di Asakusa adalah Kaminarimon gate yang terdapat lentera
raksasa yang digantungkan yang tampak seperti gambar dibawah ini.
Kaminarimon Gate |
Bersama Hide dan Nino |
Setelah masuk melewati Kaminarimon
gate, kita akan melewati Nakamise
shoping street, dimana disini banyak dijual souvenir-souvenir dan
snack-snack khas Jepang. Harganya memang cukup mahal. Untuk gantungan kunci
saja sekitar 300 – 600 yen dan kaos sekitar 900 – 1500 yen. Tapi jika kita
beruntung, kita akan menemukan barang yang murah dan bagus disini. Jadi harus
pintar-pintar mencari dan memilih toko.
Nakamise Shopping Street |
Setelah melewati Nakamise street, tepat di depan kita
adalah Sensoji temple yang merupakan
Kuil tertua di Tokyo. Pada hari-hari tertentu diadakan festival disini. Sebelum
memasuki kuil, menurut kepercayaan warga Jepang, kami harus membasuh kedua
tangan dan berkumur-kumur terlebih dahulu dengan air suci yang telah
disediakan. Setelah itu melemparkan koin
10 yen ketempat koin dan menepuk kedua telapak tangan 2 kali kemudian menunduk
untuk berdoa.
Papan harapan |
Ada juga tempat untuk meramalkan nasib kita pada hari itu.
Namanya ku tak tahu. Pertama kita harus memasukkan koin 100 yen ke tempat yang
disediakan. Kemudian mengocok tabung seperti kocokan arisan yang terbuat dari
kayu sampai keluar selembar gulungan kertas. Pada gulungan kertas tersebut
terdapat nomor laci yang berisi kertas-kertas yang bertuliskan nasib / keadaan
kita pada hari itu. Setelah kertas itu dibaca, maka harus di ikatkan ke tempat
gantungan yang disediakan. Ada juga papan-papan harapan yang digantungkan
didekat kuil.
Ketika masuk jam 12 siang, kami berangkat pergi ke Life Safety Learning center. Di sini
kita dijelaskan tentang persiapan dan hal-hal yang harus dilakukan ketika
bencana, yaitu ketika banjir, gempa bumi, kebakaran, dan badai. Kita juga
melakukan simulasi jika kita mengalami kejadian seperti itu. Sebelum melakukan
simulasi , kami dipertontonkan video mengenai bencana-bencana alam besar yang
pernah terjadi di Jepang pada tahun-tahun sebelumnya. Video berlangsung sekitar
30 menit di dlam ruang teater gedung tersebut.
Simulasi yang pertama adalah ketika kita terjebak banjir di
dalam sebuah gedung dan di dalam mobil. Kita disuruh mendorong pintu yang
seolah-olah diluar pintu tersebut terdapat air dengan ketinggian
bermacam-macam, mulai dari 10 cm – 40 cm.
Begitu pun ketika dalam mobil. Berat sekali ketika mendorong pintu
tersebut. Aku hanya mampu mendorong sampai ketinggian air 30 cm saja, itu pun
dengan susah payah, dan menyerah di ketinggian air 40 cm.
Setelah simulasi banjir, kami mendapatkan simulasi ketika
gempa bumi. Kami masuk ke tempat simulasi dan merasakan gempa yang bisa diatur
berbagai skala ritcher. Tapi saat itu kami mendapat simulasi gempa berskala 7
ritcher. Gempa itu sendiri ada yang bergoyang horizontal dan vertikal. Kami
harus bersembunyi dibawah meja dan memegang kaki meja ketika gempa terjadi.
Pada saat itu guncangannya sangat kencang dan
benar-benar terasa seperti gempa bumi sungguhan. Padahal waktu itu hanya
skala 7, belum sampai 10. Kami pun
mendapat penjelasan apa saja yang harus dilakukan ketika kita merasakan gempa.
Simulasi Gempa |
Simulasi selajutanya adalah kebakaran. Kami dijelaskan
tentang apa saja yang menyebabkan kebakaran di Jepang, dan apa saja tindakan
yang harus dilakukan jika ada kebakaran di sekitar kita. Kemudian kami
diajarkan bagaimana menggunakan tabung pemadam kebakaran, lalu mempraktekkannya.
Saat menjelaskan, instrukturnya menggunakan bahasa jepang, karena memang dia
sudah tua dan tidak bisa bahasa inggris. Kami pun kurang paham dengan apa yang
dijelaskan . Tapi kami diberi hand-out
penjelasan tentang bencana tersebut, dan juga mendapat penjelasan dari teman
sekelompok yang orang Jepang.
Simulasi memadamkan api |
Simulasi terakhir yang kami lakukan adalah simulasi badai.
Kami diharuskan memakai jas hujan dan sepatu boot, yang menutupi seluruh badan.
Setelah siap, kami semua memasuk ruang simulasi, dan disemprotkan dengan air
dan hembusan angin seolah-olah terjadi badai. Kami semua disuruh memegang
pegangan besi yang tersedia dan menundukkan kepala sampai badai berhenti,
simulasi badai |
Begitulah serangkaian simulasi yang dilakuakan saat di Life
Safety Learning Center. Meskipun instrukturnya menjelaskan dengan bahasa jepang
yang tidak kami mengerti, tapi dengan melakukan simulasinya kami sudah cukup
mengerti mengenai tindakan-tindakan yang harus dilakukan saat bencana-bencana
itu terjadi.
Lanjut ke Lost In Tokyo - Part 1
Lanjut ke Lost In Tokyo - Part 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar