Jum’at, 2 November 2011
“Ayo sarapan dulu wal, di lobby dasar! Barang-barangnya tinggal aja dulu!” ajak Pak Hendro kepadaku, yang merupakan teman sekamar di hotel. “iya pak, duluan aja!” Kami hanya beristirahat semalam saja di Hotel Arya Duta ini, di hari berikutnya, kami akan pindah hotel. Ku telepon omku,”Om, masih di kamar? Dah ditunggu makan di bawah!” Ku berjalan menuju lobby hotel bersama om dan tanteku, dan anaknya tentunya. Kami sarapan bersama. Aku mengambil nasi goreng dengan omelet, sosis ayam dan sapi, kentang goreng, dan juga irisan daging sapi asap. Ku makan dengan lahap, persiapan untuk perjalanan yang jauh.
Sekitar pukul 9.00 pagi, kami bersiap-siap berangkat untuk tour hari ini. Setelah chek out dari hotel, kami memasuki bis masing-masing. Setiap bis berisi sekitar 25 orang, termasuk supir dan guidenya. Kami pun berangkat meninggalkan hotel. Kami akan berkeliling tempat-tempat wisata yang ada di Manado. Seperti biasa, di perjalanan kami ditemani oleh guide yang setia menjelaskan tempat-tempat yang kami lewati.
Tempat yang pertama kami kunjungi adalah perumahan Citraland yang di dalamnya terdapat patung yesus tertinggi ke empat di dunia, seperti yang telah ku ceritakan sebelumnya. Patung ini menjulang tinggi ke langit dengan berpose seperti seorang yang sedang memberkati - kata orang kristiani. Kami turun sejenak di sana untuk berfoto-foto. Karena memang pemandangan alamnya juga indah disana. 
Selanjutnya kami berkunjung ke Pagoda Ekayana, tempat ibadah orang budha di sana. Ku lihat patung-patung dewa-dewa menurut kepercayaan agama budha. Vihara, tempat kaum budha berdoa. Kami berfoto-foto disana. Suasana disana seperti di Cina. Dengan adanya pagoda, patung naga, dan tulisan-tulisan mandarin. Di sana juga terdapat sebuah vihara yang berbentuk seperti kura-kura besar dan 2 kura-kura kecil yang melingkar. Di tengahnya terdapat sebuah kolam kecil, yang di tengah-tengah kolam itu terdapan koin cina raksasa yang berputar. Di tengah koin tersebut terdapat lonceng. Ketiga patung kura-kura tersebut menyemburkan air ke kolam. Di sekeliling kolam terdapat 5 batu yang bertuliskan keberuntungan, kedudukan, panjang umur, bahagia, dan harta. Konon, jika seseorang melempar koin dari salah satu tempat batu-batu itu, dan koin yang dilemparkan mengenai lonceng yang berada di tengah koin yang berputar, orang tersebut akan mendapatkan apa yang tertulis pada batu tsb. Misal, seseorang melempar koin dari batu bertuliskan ‘keberuntungan’, maka jika mengenai lonceng, orang tersebut akan selalu diiringi keberuntungan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00. sebentar lagi waktunya shalat jum’at. Tidak semua rombongan kami beragama islam, hanya sebagian kecil saja. Kami yang ingin melaksanakan shalat jum’at, di-satu bis-kan. Kami pun berpisah dari rombongan yang lain. Kami mencari masjid untuk shalat jum’at. Di Manado ini, masjid sangat jarang. Akan lebih sering melihat gereja-gereja daripada masjid. kami pun sampai di komplek masjid, dimana di sana adalah masjid, sekaligus madrasah ibtidaiyyah. Gedungnya pun masih tahap pembangunan. Kira-kira belum sampai 70 % jadi. Masjidnya berada di lantai dua, sedangkan di lantai dasar digunakan untuk sekolah. Jamaah yang hadir juga cukup banyak.
Mengenai tentang kehidupan beragama di Manado, ternyata orang Manado memiliki rasa toleransi antar agama. Mereka semua hidup rukun, walaupun kepercayaannya berbeda-beda. Di saat kaum muslim mengadakan shalat id misalnya, maka orang non muslim yang akan menjaga keamanannya. Begitu juga sebaliknya. Bahkan di sini terdapat suatu tempat dimana berbagai tempat peribadatan agama-agama saling berdampingan. Namanya ‘Bukit Kasih’, tempat perjanjian perdamaian antara pemuka-pemuka agama. Rencananya kami akan berkunjung kesana. Tapi karena cuaca hujan, maka tidak jadi.
Perjalanan pun dilanjutkan setelah shalat jum’at. Kami menuju ke restoran yang berada di Tomohon. Restoran tersebut adalah restoran terapung yang ada di danau Tondano. Karena berada di atas danau, kami disuguhkan hidangan seafood. Aku mengambil tempat di luar, agar bisa makan sambil menikmati pemandangan danau Tondano. Hujan pun turun dengan lebat ketika kami beristirahat di sini. Sambil menunggu hujan, kami pun bersenang-senang dengan berkaraoke dan berjoged ria. Aku sih tidak ikut-ikutan. Malu!
Hujan reda. Kami melanjutkan perjalanan ke danau Linouw, yang katanya jika cuaca cerah, maka warna danau tersebut menjadi tiga warna. Danau ini mengandung sulfur. Baunya pun sudah tercium ketika turun dari bis. Di sini kami berfoto-foto, minum teh/kopi, makan pisang goreng sambil menikmati indahnya danau Linouw. Anehnya, pisang goreng di sini dihidangkan dengan sambal. Orang Manado memang suka yang pedas-pedas. Sampai pisang goreng pun dimakan dengan sambal.
Diiringi dengan rintikan hujan, dari danau Linouw, kami pergi ke desa Woloan. Tempat pembuatan rumah adat minahasa dari kayu yang bisa dibongkar-pasang. Rumah-rumah yang sudah jadi dipajang di pinggir jalan. Jika ada orang yang berminat membeli, maka rumah tersebut akan di bongkar, dan diantar ke tempat tujuan beserta tukang-tukang yang akan memasang kembali rumahnya. Rumah ini bisa tahan sampai seratus tahun. Asalkan tidak ada badai atau gempa saja yang datang. Harganya bergantung ukuran rumah. Mulai dari puluhan juta sampai ratusan juta yang sudah termasuk ongkos kirim dan biaya tukangnya.
Perjalanan kami belum selesai, walaupun waktu sudah maghrib. Satu jam perjalanan kami tempuh menuju tempat selanjutnya. Kami menuju tempat yang paling ditunggu-tunggu, yaitu Souvenir shop ‘Merciful Building.’ Di sini terdapat pernak-pernik, pakaian,dan makanan khas Manado. Harganya relatif murah. Ada juga yang mahal-mahal. aku membeli kaos untukku dan adik-adikku. Aku juga membeli berbagai macam makanan khas Manado. Di tempat ini, di sediakan testernya untuk semua makanan. Jadi kita bisa mencicipi rasanya sebelum membelinya. Enak-enak sekali makanannya. Sayangnya tidak semua makanan ku beli. Melihat isi dompet yang menipis. Uang jajan yang diberi ortu pun habis semua di sini. Boros sekali ya aku ini..
Beberapa makanan khas Manado, ada klapertart, kue khas Manado yang dibuat dari kelapa dan susu. Kue ini hanya tahan sekitar dua hari. Aku sudah mencicipinya. Dan rasanya enak sekali. ingin sekali ku beli untuk oleh-oleh dibawa pulang. Tapi berhubung masih 2 hari lagi aku di Manado, sudah keburu basi nanti. Ada juga makanan olahan kacang kenari dengan berbagai rasa. Pia Manado, bukan hanya di Yogya saja yang ada bakpia. Di Manado juga ada, dengan rasa yang agak sedikit berbeda. Lalu ada berbagai macam keripik, dan juga abon ikan. Dan masih banyak lagi.
Selain makanan khas, di Manado juga ada kain khas Manado, Kain Bentenan. Kain ini merupakan kain tenun karya suku Minahasa. Dibuat dari serat kulit kayu yang disebut ‘fuya’, diambil dari pohon lahendong dan pohon sawukouw, serta nenas dan pisang disebut koffo dan serat bambu disebut wa’u. Kain ini memiliki berbagai macam motif.
Setelah puas berbelanja, kami langsung menuju restoran seafood City Extra. Lagi-lagi seafood. Padahal sebenarnya aku tidak terlalu suka ikan. Ada beberapa hal yang membuat restoran ini beda dari yang lain. Pertama, di restoran ini terdapat tambak ikannya. Jadi, ikan yang di masak masih seger-seger, baru diambil dari tambaknya. Kedua, di sini disediakan tempat ‘Candle Light Dinner’ di luar restoran di pinggiran laut. Suatu tempat yang sangat romantis sebagai tempat dinner dengan sang kekasih (cie...).
Perut kenyang, hati pun senang. Tiba juga waktunnya istirahat. Kami beristirahat di Hotel Santika yang terletak di pinggir pantai. Hotel ini lebih mirip seperti perumahan daripada hotel pada umumnya. Aku mendapatkan kamar no. 180. Seperti villa, terdiri dari ruang tamu, dapur, dan dua kamar. Di belakangnya pas ada kolam renang. Ruangan yang sangat istimewa buatku.
To be continue...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar