Tebarkan Iman dengan Cinta, Ubah Dunia dengan Prestasi, Dan Jadikan Hidup Penuh Arti....

Full width home advertisement

My Stories

Post Page Advertisement [Top]


 Berawal dari sebuah pertanyaan dari temanku, yang merupakan komisaris Ismafarsi UIN Syahid, “Fik, kamu mau aktif di ISMAFARSI ga?”

 “Mmm..., mau sih.., emang kenapa?” jawabku dengan ragu-ragu dan langsung balik bertanya.

“Kamu mau jadi Korwil ismafarsi ga?” tanyanya lagi.

“Jadi korwil?! Emang ngapain aja kerjaannya? Berat ga?” ku balik bertanya lagi.

Akhirnya setelah diberi penjelasan sedikit tentang korwil Ismafarsi dan alasannya kenapa mengusulkan namaku menjadi calon korwil Ismafarsi, aku jawab, “ Insyaallah bersedia” jawaban yang ku keluarkan dengan keraguan, kebimbangan, tapi ada sedikit rasa bangga karena mempercayakanku menjadi calon kordinator wilayah JABODELATA Ismafarsi.

Beberapa hari kemudian, kami – anggota Ismafarsi komisariat UIN Syarif Hidayatullah – kumpul di kelas untuk membahas beberapa hal, dan salah satunya tentang pencalonan korwil ismafarsi. Dari diskusi itu, didapatlah 3 calon kandidat yang akan menjadi calon korwil, aku dan 2 orang temanku – Arum dan Erwin. Dua orang itu memang lebih aktif di Ismafarsi dibandingkan denganku. Pada saat itu, teman-teman yang lain pun menyatakan dukungan mereka masing-masing kepada nama-nama yang disebutkan sebagai calon. Tapi, yang ku dengar hanyalah nama 2 orang temanku saja yang disebut-sebut, “Erwin! Erwin...!”, “Arum...” Tidak ku dengar ada yang menyebutkan namaku pada saat itu. Semangatku menjadi korwil pun turun dan mulai pesimis, takut tidak mendapat dukungan dan diremehkan oleh teman-teman.

Seiring berjalannya waktu, semakin dekat dengan Musyawarah Wilayah Ismafarsi, di mana pada waktu itu akan diadakan laporan pertanggungjawaban korwil yang lama, sekaligus pemilihan korwil baru. Ku dengar kabar, bahwa kedua calon kandidat yang lain mengundurkan diri karena berbagai alasan. Tinggallah aku seorang yang dicalonkan. Kesiapan menjadi korwil terus ditanyakan kepadaku. Pada waktu itu, aku masih bimbang. Mengingat aku sudah memegang 2 amanah, sebagai wakil ketua BEM fakultas dan Kordinator Syiar KOMDa. Setelah beberapa kali berkonsultasi dengan kakak-kakak kelas, yang menyatakan dukungannya kepadaku, akhirnya aku menyatakan diri siap diajukan menjadi calon korwil.

Sehari menjelang pemilihan, dengan bantuan teman-teman ku persiapkan visi dan misi korwil ke depan. Dan pada malam harinya pun aku menyiapkan diri untuk berbicara di depan anggota Ismafarsi Jabodelata dan menyampaikan visi misiku menjadi korwil. Keraguan, kebimbangan, ketakutan, dan ketegangan terus mengiringiku pada saat itu. Aku merasa bahwa aku tidak berkompeten sebagai korwil. Sebagai seorang korwil yang bisa merangkul semua anggotanya dan mempunyai banyak relasi. Sedangkan aku berpikir kalau diriku seorang yang cuek, tidak mau tahu urusan orang, dan tidak ahli dalam berkomunikasi dan membangun relasi. Bila dibandingkan dengan korwil sebelumnya, sangat jauh perbandingannya.

Singkat cerita, pemilihan korwil baru dimulai. Setelah pimpinan sidang menanyakan ke tiap komisariat siapa saja yang akan menjadi calon korwil, ternyata tidak ada yang mengajukan kecuali komisariat UIN Syahid yang mengajukan diriku. Jadilah aku calon tunggal. Aku semakin deg-degan saja. Menjadi korwil ismafarsi Jabodelata semakin dekat. Tetapi, peserta lain sepertinya kurang menerima keputusan ini. Salah satu dari mereka mengajukan nama-nama yang mungkin berkompeten sebagai korwil. Dari nama-nama itu, hanya satu orang yang menyatakan siap sebagai korwil. Jadilah 2 orang calon korwil.

Pemilihan korwil baru dimulai dengan sesi penyampaian visi misi. Ku sampaikan saja visi misiku dengan percaya diri dan keyakinan bahwa aku siap dan pantas untuk dipilih. Sedangkan satu calon lagi, tidak mempunyai visi misi, karena dadakan juga, tanpa persiapan. Satu keunggulan yang kumiliki dan ku mulai merasa bahwa akulah yang akan terpilih.

Sesi kedua yaitu pertanyaan dari panelis, yang merupakan pengurus ismafarsi. Mulai dari pertanyaan pertama sampai terakhir semuanya ku jawab walaupun tidak sempurna dan banyak hal yang belum kuketahui tentang ismafarsi, khusunya Jabodelata. Setidaknya semua pertanyaan itu ku jawab dengan lancar dan penuh keyakinan. Lain halnya dengan lawanku. Jawabannya tidak lancar dan meragukan.  Satu poin plus lagi untukku.

Lanjut ke sesi ke tiga, yaitu pertanyaan dari setiap komisariat. Pada sesi ini, ku mulai tahu siapa saja yang mendukungku dan lawanku. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan aku berpikir sepertinya kebanyakan yang memilih lawanku. Mungkin mereka berpikir, bagaimana supaya dia yang terpilih, bukan aku. Mereka melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang memang mengunggulkannya. Seperti, acara ismafarsi apa saja yang pernah diikuti dan seberapa dekat dengan korwil lama. Eksistensiku di ismafarsi memang kurang dan baru agak aktif sakarang ini saja. Acara-acara yang ku ikuti hanya sedikit dan tidak terlalu kenal dengan korwil yang lama. Beda dengan lawanku, dia sudah mengikuti berbagai even ismafarsi dari tingkat daerah sampai nasional, sudah cukup terkenal dan akrab dengan yang lain, dan juga sudah kenal akrab dengan korwil yang lama karena memang mereka satu kampus. Tapi aku tetap mendapat dukungan dari teman-teman komisariatku. Satu pertanyaan dari mereka yang membuatku unggul, yaitu aktifitas keorganisasian selain ismafarsi. Aku yang sedang memegang 2 amanah, sebagai wakil ketua BEM Fakultas dan sebagai Kordinator Syiar KOMDa, merasa lebih dari lawanku yang aktifitas keorganisasiaannya tidak seberapa dibandingkan denganku. Setelah sesi ini, keyakinanku untuk terpilih menjadi turun. Karena aku berpikir kalau sebagian besar mereka menginginkan lawanku yang menang.

Ketika sesi pemungutan suara, kami berdua keluar ruangan. Pemilihan ini dihadiri 8 komisariat. Satu suara untuk satu komisariat. Walaupun banyak anggota komisariatnya yang hadir, tetap saja hanya satu suara. Jika suara berdasarkan individu, sudah pasti aku yang menang karena jumlah anggota komisariat UIN yang hadir hampir setengahnya dari seluruh peserta. Ketika di luar ruangan, kami berdua berbincang-bincang sedikit, bercerita tentang pengalaman-pengalaman di Ismafarsi, dan kesiapan menjadi korwil.

Akhirnya tiba saat pembacaan suara. Kami berdua berdiri di depan semua anggota Ismafarsi yang hadir. Aku tidak bisa tenang, selalu diiringi ketegangan. Suara mulai dibacakan. Di awal-awal pembacaan suara namaku belum tersebut. Sampai pada pembacaan suara yang ke empat, namaku baru keluar. Sampai 3 kali berturut-turut namaku disebut, lalu kembali ke lawanku. Pada pembacaan suara yang terakhir dimana aku memperoleh 3 suara dan lawanku 4 suara, semakin membuat deg-degan. Jika itu suara untukku, maka harus ada pemilihan ulang atau bagaimana aku juga tidak tahu. Tapi jika suara itu untuk lawanku, maka dialah yang terpilih.

Pembaca mulai membuka kertas suara terakhir. Kemudian membacanya dengan lantang. Dan...., ternyata yang keluar adalah nama lawanku. Keputusannya sudah sah bahwa lawanku yang terpilih menjadi korwil selnjutnya. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya dan memberikan ucapan selamat. Ku tenangkan diriku dan lapangkan dada, menerima keputusan. Sebenarnya, dengan tidak terpilihnya aku menjadi korwil, membuatku lebih tenang, dibandingkan jika terpilih. Ada beban amanah baru yang harus aku tanggung, yang bukan merupakan sesuatu yang mudah. Rasanya hilang semua beban dan tekanan yang ku miliki.

Teman-temanku memberikan apresiasi kepadaku. Walaupun tidak terpilih, tapi aku sudah mau dan berani mencalonkan diri menjadi korwil. Untuk pertama kalinya dari UIN mengajukan nama untuk pencalonan korwil. Dan itu adalah aku. Teman-teman tetap bangga kepadaku. Aku pun bangga, karena selama ini aku terus mendapatkan dukungan dari teman-teman, meyakinkanku untuk menjadi korwil Ismafarsi Jabodelata. Pada saat itu merupakan momen yang paling membahagiakan untukku, yaitu mendapatkan dukungan yang terus-menerus dari teman-teman demi menjadikan diriku lebih baik dari sebelumnya. Aku berjanji dalam diriku, walaupun tidak terpilih sebagai korwil, Insya Allah aku tetap berperan aktif di Ismafarsi.


Ungkapan kata yang ku buat sendiri, untuk memotivasi diriku menjadi yang terbaik :

“Aku bukanlah seorang bertipe Quitter, melainkan seorang yang dulunya Camper yang sedang menjadi Climber, untuk menggapai puncak Extra Ordinary.”

2 komentar:

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib