6 jam perjalanan telah kami lalui,
kami pun sampai di Madinah menjelang waktu zhuhur. Perjalanan antar kota di
Arab jelas berbeda dengan Indonesia. Meskipun jarak Jeddah – Madinah ditempuh
selama 6 jam, tapi kami merasa nyaman diperjalanan. Bukan karena bus yang kami
gunakan termasuk bus kelas atas, tapi karena jalan yang ditempuh itu lurus,
rata, dan lancar, sehingga dapat beristirahat dengan nyaman di perjalanan.
Hotel tempat kami menginap yaitu Raudah Suite, yang letaknya sekitar 150
meter dari Masjid Nabawi. Hotel ini bukan hotel berbintang. Fasilitasnya pun
seperti penginapan biasa. Hal itu tidak menjadi masalah buat kami, yang
terpenting ada tempat untuk menginap di sana. Setelah mendapat kamar, yang
berisikan 5 orang, kami pergi menuju masjid Nabawi karena memang sebentar lagi
waktu Zhuhur. Banyak dzikir yang kuucapkan ketika pertama kali menginjakkan
kaki di Masjid Nabawi. Bersyukur telah diberikan kesempatan untuk berkunjung ke
sana, serta bertasbih melihat keindahan Masjid terbesar kedua di dunia ini. Pahala
shalat di Masjid Nabawi sama dengan 1000 kali pahala shalat di masjid lain
kecuali Masjidil Haram, karena pahala shalat di Masjidil Haram tentunya lebih
besar, yaitu 100.000 kali pahala shalat di masjid lain.
Depan pintu utama Masjid Nabawi |
Waktu shalat di sana pasti berbeda
dengan Indonesia. Waktu Zhuhur sekitar
pukul 12.30, Ashar 16.00, Maghrib 18.30, Isya 20.00, dan Shubuh 05.30 waktu
Arab saudi. Waktu jeda antara adzan dan iqamah pun cukup lama, yaitu sekitar 20
- 30 menit, sehingga ada cukup waktu menunggu jamaah untuk bersiap shalat di
masjid. Ada hal yang sangat berbeda dengan Indonesia mengenai Adzan shubuh dan
adzan shalat jum’at. Setiap waktu shubuh dan jum’at adzan dikumandangkan 2
kali, yaitu pada saat waktu masuk shalat dan satu jam sebelumnya. Intinya adzan
pertama adalah peringatan ataupun pemberitahuan bahwa waktu shalat segera tiba.
Kalo shubuh, adzan pertama untuk membangunkan orang-orang, sedangkan waktu
jum’at, adzan pertama untuk peringatan agar segera mempersiapkan diri shalat
Jum’at. Berbeda dengan kebanyakan masjid di Indonesia, meskipun sama – sama
mengumandangkan 2 kali adzan, tapi adzan yang pertama merupakan penanda waktu
shalat, sedangkan adzan kedua dikumandangkan sebelum khotib berkhutbah. Setiap
selesai shalat 5 waktu pun selalu melakukan shalat gaib, bahkan jika ada
jenazah pada hari itu juga akan dibawa ke masjid untuk disolatkan setelah
shalat 5 waktu.
Masjid Nabawi
Masjid Nabawi sangat luas, bahkan
masih dalam tahap pembangunan untuk perluasan masjid, mengantisipasi
peningkatan jumlah jamaah haji yang akan datang. Bagi yang pertama kali
berkunjung ke sini pastilah bingung jalan pulangnya, karena masjid ini memiliki
banyak pintu dengan arsitektur bangunan yang sama. Tapi setiap pintu memiliki
nama, sehingga kita tinggal mengingat saja dari pintu mana kita masuk dan mengikuti
jalur masuk kita sebelumnya untuk keluar masjid. Gerbang masjid pun diberi
nomor, mulai dari nomor 1 sampai 40 an. Cukup banyak ya gerbangnya! Makanya
kita harus mengingat dari gerbang dan pintu mana kita masuk agar tidak
kebingungan saat pulangnya.
Pemandangan Masjid Nabawi di malam hari |
Di Masjid Nabawi terdapat tempat
berdoa yang insyaallah mustajab/terkabul, yaitu Raudhah. Raudhah merupakan
salah satu ruangan di Masjid Nabawi yang banyak dimasuki jamaah untuk
memanjatkan doa. Ia terletak di antara kamar Nabi dan mimbar untuk berdakwah. Di
kawasan ini juga terletaknya makam Rasulullah saw, juga dua sahabat beliau
yaitu Abu Bakar R.A dan Umar R.A.
Raudhah ini berada di kawasan shaf laki – laki dan dibuka pada waktu – waktu
tertentu untuk perempuan, diantaranya waktu dhuha dan setelah zhuhur. Ruang ini
tidak pernah sepi dan harus berdesak-desakan untuk memasukinya. Adapun yang
kita lakukan di raudhah yaitu memperbanyak zikir dan shalawat serta berdoa,
bahkan jika bisa shalat Sunnah. Ketika di depan pintu kamar makam nabi, itu
merupakan titik yang paling padat dan berdesak-desakkan, karena biasanya para
jamaah akan berusaha untuk mengusap atau mencium pintu kamar makam ataupun
setidaknya mengusap pagar pembatasnya. Padahal syariat islam pun tidak
mengajarkan demikian. Cukuplah dengan memperbanyak shalawat saat melewati pintu
kamar makam rasulullah tsb.
Pintu kamar makam Nabi SAW yang terdapat di Raudhah |
Untuk masalah sandal/sepatu, ga
perlu khawatir nyimpennya dimana agar tidak hilang. Di masjid disediakan
plastik untuk membungkus sandal/sepatu yang kemudian kita bisa menyimpannya di
rak yang telah disediaakan di dekat saf shalat kita. Asalkan jangan lupa aja
kita taro sendalnya di rak mana, karena disetiap beberapa saf shalat disediakan
rak sandal/sepatu. Kalo pun tidak menyimpan di rak, boleh saja meletakkannya
pas di depan kita, toh sudah dibungkus plastik biar terhindar najis.
air zam - zam |
Di masjid pun disediakan fasilitas
lainya seperti air zam-zam gratis dan kursi lipat kecil. Galon air zam – zam
tersedia hampir di seluruh area masjid yang disediakan pula gelasnya. Tidak
hanya untuk diminum di tempat, tapi boleh juga untuk dimasukkan ke dalam botol
minum yang kita bawa untuk dibawa pulang. Tapi jangan pake galon besar juga
ngisi air zam-zamnya, karena biasanya bakal dilarang sama petugas air
zam-zamnya. Bagi orang tua atau jamaah yang punya masalah kesehatan sehingga
tidak kuat untuk berdiri atau sakit jika duduk tahiyat, maka dapat meminjam
kursi lipat yang telah disediakan, asalkan dikembalikan ke tempat semula
setelah pake ya….. Bagi orang yang berpuasa, setiap harinya disediakan takjil
untuk berbuka berupa roti, kurma, dan teh. Biasanya jumlah orang yang berpuasa
akan lebih banyak pada hari senin dan kamis.
dalam masjid |
Kalo mau shalat di sana, pastikan
bahwa anda sudah buang air atau tidak ada rasa ingin buang air. Karena repot
juga klo misalnya dipertengahan shalat kebelet, karena jarak toiletnya cukup
jauh dan juga jamaahnya sangat banyak.
Tidak seperti di masjid – masjid
Indonesia pada umumnya yang menyediakan kotak amal untuk pembangunan masjid
ataupun santunan bagi kaum dhuafa, di sana tidak terdapat kotak amal. Untuk
pembangunan masjid, kemungkinan semua dananya berasal dari pemerintah, sehingga
tidak memerlukan sumbangan dari jamaah. Trus, sedekahnya gimana dong? Gimana
mau infaq/sedekah kalo kotak amal aja tidak disediakan? Gampang, untuk
sedekah/infaq, ada 2 hal yang biasayan dilakukan oleh jamaah, yaitu waqaf
qur’an, ataupun memberi uang langsung kepada petugas kebersihan ataupun petugas
air zam-zam. Biasanya di waktu – waktu tertentu ada pedagang kaki lima yang
menjual quran yang memang untuk diwaqafkan. Dalam qur’an tersebut sudah diberi
stempel ‘waqaf untuk masjid nabawi’ yang dijual dengan harga lebih murah
dibandingkan yang dijual di toko. Saat berangkat ke / pulang dari masjid,
seringkali petugas kebersihan berdiri sambil memegang alat kebersihannya di
tengah-tengah kerumunan jamaah yang lewat. Aku tidak bisa memastika bahwa
mereka seperti itu hanya untuk menunggu jamaah yang bersedekah kepada mereka,
karena memang kebanyakan seperti itu. Husnuzon aja lah. Tapi petugas kebersihan
ini akan menerima berapapun uang yang kita kasih kepada mereka meskipun hanya 1
– 5 real.
Beda dengan ‘tukang palak’ masjid.
Anda harus waspada dengan orang – orang asing yang tiba – tiba datang mendekat.
Biasanya, saat kita berzikir atau baca
qur’an, ada orang yang duduk mendekati kita, kemudian ngajak ngobrol kita dan
memperkenalkan dirinya dari negara mana. Orang seperti itu memang bersikap
ramah, kemudian dia akan meminta sedekah dari kita untuk dirinya. Tidak
tanggung-tanggung, uang yang diminta sudah ditentukan sendiri, yaitu sekitar 50
– 100 real (1 real + 3.700 rupiah). Jika kita tidak memberikan sesuai
dengan jumlah yang diinginkan, biasanya dibalikin lagi. Tapi tidak ada
kekerasan kok, selama kita menolaknya dengan cara baik pula. Aku sudah 2 kali
mengalami kejadian ini di Masjid Nabawi. Selain itu ada juga wanita-wanita berpakaian
hitam bercadar yang dengan agresif meminta sedekah saat kita pulang dari masjid.
Aku pernah juga mengalami hal ini sekali. Waktu itu sampai ditarik-tarik dan
ditempel meskipun pada akhirnya ga dikasih juga. Waspadalah dengan orang-orang
seperti itu!
Sepanjang jalan atau di sekitar
pelataran Masjid memang sangat ramai saat selesai waktu shalat. Bukan hanya
ramai oleh jamaah, tapi juga pedagang-pedagang kaki lima yang menjajakan
dagangannya dengan harga murah, mulai dari pernak-pernik kecil sampai
pakaian-pakaian. Jika tiba waktu shalat, mereka akan menutup sementara
dagangannya untuk shalat.
Di gedung yang bersebelahan dengan
pintu gerbang 13, terdapat pameran Asmaul Husna dan sejarah Nabi Muhammad SAW. Pameran
asmaul husna memperlihatkan nama – nama Allah dan kekuasaannya dengan
memvisualisasikannya ke dalam gambar ataupun video. Sementara pameran sejarah Nabi SAW. memperlihatkan
sejarah tentang kehidupan nabi mulai lahir sampai wafat baik itu kisah
dakwahnya, keluarganya, peperangan, dan lain-lain.
Miniatur tempat tinggal Rasulullah dengan beberapa kamar istri-istrinya di samping Masjid Nabawi pada zaman Nabi SAW. |
Di jalan – jalan menuju Masjid
Nabawi, banyak terdapat burung-burung merpati berterbangan. Tidak tahulah
darimana asal burung tersebut. Meskipun demikian, tidak ada yang menangkap atau
memburu burung tersebut. Sepertinya warga sudah terbiasa dan merasa tidak
terganggu dengan kawanan burung-burung tersebut. Malah menjadi pemandangan yang
indah dilihat. Anehnya, meskipun banyaknya burung-burung tidak terhitung, tidak
ada satupun kotoran burung yang terlihat berserakan di jalan, apalagi di area
Masjid Nabawi. Mungkin burung-burung di sana sudah paham adab buang air yang
baik, hehe…
Ziarah di Madinah
Masjid Quba |
Selain Beribadah di Masjid Nabawi,
kami juga berziarah ke tempat-tempat bersejarah di Madinah. Tempat bersejarah
pertama yang kami kunjungi adalah Masjid Quba, masjid yang pertama kali
dibangun oleh Rasulullah SAW. Keutamaan masjid ini adalah siapapun yang shalat Sunnah
2 rakaat di masjid ini, maka pahalanya sama seperti pahala Umroh. Memang pahala
umroh itu apa? Pahala yang diperoleh dari umroh diantaranya adalah penghapusan
dosa, selama umroh dilakukan dengan benar sesuai dengan rukun dan wajib umroh.
Tempat selanjutnya yaitu masjid
Qiblatain, dimana untuk pertama kalinya Nabi SAW. mendapat wahyu dari Allah
untuk merubah arah qiblat, yang awalnya menghadap masjidil Aqsa di Palestina,
menjadi ke Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah. Karena tidak terdapat keutamaan
apa – apa di masjid ini, maka kami hanya numpang lewat saja, tidak turun dari
bus.
Kunjungan selanjutnya di Gunung
Uhud, yang merupakan tempat terjadinya peperangan antara kaum muslimin dengan
kaum kafir quraisy yang dinamakan Perang Uhud.
Gunung Uhud |
Kemudian tempat terakhir yang kita
kunjungi yaitu Pasar Kurma, tempat dijualnya segala macam kurma dan makanan
olahan kurma. Meskipun demikian, harganya bisa dibilang lebih mahal
dibandingkan tempat lain. Di sampingnya terdapat juga kebun kurma yang dapat
dijadikan spot untuk berfoto.
Kebun Kurma |
Pasar Kurma |
Selama 3 hari di Madinah,
Alhamdulillah aku tidak pernah bolos untuk shalat 5 waktu di Masjid Nabawi. Ya…
bisa dibilang rugi kan!? Bayangin aja, pahalanya sampai 1000 kali lipat.
Suasananya pun nyaman, tenang, adem, meskipun diluar cuaca panas, karena AC
terus – terusan nyala, dan ada di semua area masjid, bahkan terkadang merasa
kedinginan. Malah bisa dibilang lebih nyaman di masjidnya daripada di hotel.
Hehe..
Untuk masalah makan, ga usah
khawatir…. Karena makanan yang disajikan juga makanan Indonesia, jadi lidahnya
cocok. Setiap hari disajikan lengkap nasi,lauk, sayur, dan buah, bahkan ada
susu juga jika mau. Katanya, jika kita tidak suka atau kurang cocok dengan rasa
makanan yang disajikan, jangan diucapkan bahkan sampai menghina (tidak enak
atau apalah), karena nantinya semua makanan yang kita cicipi menjadi tidak
sesuai dengan selera kita. Tapi menurutku, semua makanan yang disajikan itu
enak – enak aja, bahkan berat badan sampe naik setelah pulang umroh…
Kalo mau belanja, ga perlu jago bahasa arab buat nawar-nawar harga! Karena mayoritas para pedagang atau penjaga tokonya malah jago bahasa indonesia. Tapi biasanya mereka senang kalo kita berkomunikasinya dengan bahasa arab. Aku pun pernah nawar harga pake bahasa arab, eh.. penjaga tokonya tersenyum dan malah nanya-nanya belajar bahasa arab dimana. Untuk anak pesantren sepertiku mah bahasa arab sudah menjadi bahasa sehari-hari saat di pondok. Kalo sekedar nawar harga doang sih gampang....
Kalo mau belanja, ga perlu jago bahasa arab buat nawar-nawar harga! Karena mayoritas para pedagang atau penjaga tokonya malah jago bahasa indonesia. Tapi biasanya mereka senang kalo kita berkomunikasinya dengan bahasa arab. Aku pun pernah nawar harga pake bahasa arab, eh.. penjaga tokonya tersenyum dan malah nanya-nanya belajar bahasa arab dimana. Untuk anak pesantren sepertiku mah bahasa arab sudah menjadi bahasa sehari-hari saat di pondok. Kalo sekedar nawar harga doang sih gampang....
Yaa begitulah ceritaku di Madinah,
setelah ini kami langsung menuju Makkah untuk melaksanakan Umroh. Bagaimana
cerita selanjutnya? Lebih seru loh… Yuk baca di postingan selanjutnya!
Klik UMROH 2016 : Bagian 3 - Makkah Al-Mukarromah
Klik UMROH 2016 : Bagian 3 - Makkah Al-Mukarromah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar