Tebarkan Iman dengan Cinta, Ubah Dunia dengan Prestasi, Dan Jadikan Hidup Penuh Arti....

Full width home advertisement

My Stories

Post Page Advertisement [Top]


Rabu, 18 April 2012

Hari ini merupakan hari kedua aku mengikuti tes seleksi PPAN. Yang pasti hari ini akan menjadi hari yang menegangkan karena akan dilaksanakan tes wawancara, FGD dan penampilan kesenian. Dan yang lebih menegangkan lagi adalah peserta yang terpilih akan langsung diumumkan setelah tes. Dengan rasa optimis dan penuh keyakinan, ku ikuti semua tesnya.

Tes pertama adalah penampilan kesenian dan budaya. Masing-masing peserta harus menampilkan bakat atau keahlian yang dimiliki. Bebas, ingin menampilkan apa saja, tapi akan menjadi nilai plus plus jika penampilannya mengandung unsur budaya dan seni Indonesia, khususnya Jakarta. Para peserta dipanggil secara bergilir untuk menampilkan performnya masing-masing. Ada yang menampilkan tarian-tarian daerah, menyanyi, memainkan alat musik, bela diri, jadi pembawa acara, guide, penyiar radio, pidato, dan ada juga yang memasak makanan khas Indonesia.

Tiba giliranku tampil. Aku akan menyanyikan sebuah lagu daerah betawi yang berjudul ‘Ondel-ondel.’ Aku naik keatas panggung. Berdiri di depan peserta lainya. Aku merasa gugup berada di hadapan yang lain. Tapi, ku beranikan diri untuk mulai menyanyi. Diiringi dengan musik instrumennya.  “Nyok, kite nonton ondel-ondel!” ku bernyanyi dengan kaku, seakan badan tidak menurut dengan apa yang kuperintahkan. Dan ditengah-tengah nyanyian, aku lupa liriknya! Waduh gawat! Terpaksa aku hanya berucap”na...nana...na....” Mau gimana lagi??? Akhirnya ku cukupkan nyanyinya padahal lagunya belum sampai selesai. Setelah bernyanyi, salah satu juri bertanya, “Fikry.., selain nyanyi, apalagi yang bisa kamu tampilkan?” ‘Wah! Sial! Aku Cuma mempersiapkan satu lagu ini saja. Itu juga tidak hafal liriknya. Mau nampilin apa lagi??’ tanyaku dalam hati. Tanpa pikir panjang, langsung saja ku jawab’ “Mungkin tahsin Qur’an pak?!” “Oke, silahkan!”perintah juri. Aku membacakan beberapa ayat surat at-Tin sampai akhirnya juri menberhentikan bacaanku. Selasai sudah penampilanku. Jika diingat-ingat lagi pas tampil, rasanya malu banget!! ‘Tadi gue nampilin apa sih?? Ga jelas!’ Tapi... sudahlah! Yang penting sudah berusaha tampil sebaik mungkin.


Penampilan sudah. Sekarang waktunya wawancara. Ada 3 sesi wawancara. Yang pertama adalah tentang kebudayaan dan kesenian, kemudian psikologi, dan terakhir berkaitan tentang PPAN. Pertama, wawancara kebudayaan dan kesenian. “Sebagai orang Jakarta, apa yang bisa kamu banggakan dengan budaya Jakarta?” tanya juri. Walaupun aku orang Jakarta, tapi aku tidak terlalu tahu tentang budaya Jakarta. Aku juga bingung, budaya apa ya yang bisa ku banggakan? Pertanyaan yang sedikit merepotkan. “Maaf pak, walaupun saya orang Jakarta, tapi saya besar di Bogor. Saya tidak terlalu tahu tentang budaya dan kesenian Jakarta sendiri. Yang saya tahu hanya ondel-ondel, lenong, dan alat musiknya gambang kromong. Tapi sebenernya saya tertarik mempelajari budaya dan seni. Saya ingin mendalaminya, dan saya berharap dengan mengikuti program ini, saya bisa lebih tahu tentang budaya Indonesia itu sendiri,” jawabku.

Wawancara sesi 1 selesai. Kemudian dipotong dengan ishoma, sebelum ke sesi 2. Pada sesi 2 ini adalah wawancara dengan seorang psikolog. Mungkin untuk mengetahui, apakah kita siap menerima program ini atau belum, dilihat dari ekspresi dan cara menjawab kita. Aku mencoba tenang menghadapinya. Walaupun agak sedikit grogi juga. Pertanyaannya hanya tentang alasanku mengikuti program ini. Aku pun menjawab, kalau aku ingin menambah pengalaman ke luar negeri khususnya Jepang. Dan ingin menambah teman dari negeri lain. Aku juga tertarik dengan budayanya sehingga aku ingin mempelajarinya. Kira-kira begitulah jawabanku.

Setelah sesi 2 selesai, langsung ke sesi 3. Pada sesi ini, aku diwawancara oleh kakak-kakak alumni program ini. Sebenarnya pertanyaan intinya hanya 2, ‘What do you know about this program?’ dan ‘As the Ambassador of Indonesia,What will you do there?’  Ku jelaskan saja yang aku aku tahu tentang program ini, dan apa yang membuatku tertarik mengikuti program ini. Sebagai duta Indonesia, yang jelas aku akan menjaga nama baik Indonesia. Menyampaikan hal-hal positif tentang indonesia, khususnya dalam budaya dan seni, bahwa Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Aku juga ingin mencari teman sebanyak-banyaknya dari negara lain. Kemudian kami saling bertukar pendapat dan ide untuk menyelesaikan kasus-kasus Internasional saat ini.

Ya..., kira-kira begitulah gambaran saat wawancara. Semua pertanyaan ku jawab dengan lancar. Tapi aku kurang yakin kalau jawaban-jawaban itu apakah bisa memuaskan juri apa tidak. Sekitar pukul 14.00, selesailah semua tes yang kuhadapi. Hanya tinggal menunggu dan menonton peserta lain yang menampilkan kesenian mereka. Di akhir-akhir penampilan, banyak peserta yang penampilannya bagus-bagus. Ada yang menampilkan tarian betawi dengan diiringi musik, menyanyi, dan memainkan alat musik. Aku merasa beruntung karena tampil di awal-awal, karena peserta yang terakhir-akhir tampil, sangat menarik. Tidak jarang juri memberikan pujian kepada mereka. Aku mulai pesimis untuk bisa lolos.

Tes seleksi dilanjutkan dengan FGD (Focus Group Discussion) setelah ashar. Para peserta berkumpul tiap programnya untuk berdiskusi tengang suatu masalah. Dalam FGD ini ada dua sesi. Yang pertama, setiap orang mengajukan pendapatnya masing-masing,dan menanggapi pendapat yang lain. Dan sesi kedua adalah debat. Untuk sesi pertama, kami diberi tema tentang ‘Youth’s role in ASEAN Community in the future.’ Aku mendengarkan pendapat teman-teman ku dulu, sebelum akhirnya aku berpendapat. Ada yang berpendapat, youth as leader, youth as entrepreuner, youth as cultural developer, youth as agent of change, dan lain-lain. Aku pun mulai bingung, apa yang harus ku sampaikan. Aku tidak bisa hanya diam saja mendengarkan pendapat-pendapat mereka. Aku  harus terlihat aktif. Kemudian aku teringat dengan esay yang ku buat pada saat mengisi form pendaftaran. Di sana kutuliskan, youth’s role as Social Control. Ku sampaikan saja tulisanku itu. Dan kemudian ku jelaskan sedikit tentang peran itu. Alhamdulillah..., akhirnya aku bisa ikut aktif dalam diskusi ini.

Dalam sesi 2 FGD, kami dibagi ke dalam 2 grup, pro dan kontra. Aku masuk ke dalam grup yang pro. Kami diberi tema tentang ‘Capital Punishment’ atau hukuman mati. Diberi waktu dua menit tiap grup untuk mendiskusikannya. Pada sesi 2 ini aku tidak sempat menyampaikan statemenku karena waktunya sudah habis. Perdebatan berlangsung seru, masing-masing mengutarakan statemen, dan memperjuangkannya. Yang disayangkan adalah waktu yang sedikit. Padahal jika ditambah waktunya, mungkin menjadi lebih seru dan menarik. Sampai peserta program lain sudah selesai semua, kami – peserta SSEAYP – masih asyik berdebat, sampai akhirnya diberhentikan oleh juri.

Detik-detik menjelang pengumuman semakin dekat. Aku deg-degan. Aku tidak yakin bahwa aku akan terpilih menjadi duta Indonesia dalam program ini untuk tahun ini. Aku berdoa kepada Allah, agar Dia memberikan keputusan yang terbaik untukku. Jika memang yang terbaik adalah aku tidak terpilih, maka ku memohon agar diberi kelapangan dada menerim keputusan-Nya. Waktu pun terus bergulir. Pada pukul 19.00, panitia mulai mengambil alih kembali acaranya. Kertas pengumuman nilai hasil tes hari ini yang diakumulatifkan dengan tes tulis kemarin sudah ditempel di dinding. Disitu tercantum urutan nilai peserta program. Yang terpilih untuk mengikuti program ini adalah yang memilik nilai tertinggi, atau dengan kata lain, peringkat pertama. Setelah akhirnya panitia menginstruksikan untuk melihat pengumumannya, para peserta bergegas melihat. Dengan berjalan agak lemas, dan rasa pesimis aku menghampiri kertas pengumuman yang sudah dikerumuni para peserta. Yang ingin ku lihat bukanlah nomorku berada di urutan pertama, karena aku tidak yakin akan lolos. Tapi aku ingin tahu siapa yang terpilih.

Ketika ku melihat hasilnya. Ternyata benar, bukan no. urutku yang ada di peringkat pertama. Aku berusaha tenang dan menerima semua keputusannya. Yang terpilih adalah Kak Raga, peserta SSEAYP yang terlihat paling senior diantara kami. Umurnya sudah 23 tahun. Memang dari penampilan seninya sudah meyakinkan dengan menampilkan beberapa bakat, yaitu sebagai guide dengan bahasa inggris, pidato bahasa betawi, dan yang terakhir mungkin yang membuat juri terkesan denganya adalah adegan pencak silat yang memperlihatkan beberapa ilmu, mematahkan besi dengan tangan dan kepala dan juga memecahkan botol dengan tangan. Dia juga terlihat sangat aktif dalam diskusi. Aku berpikir dari awal, sepertinya dia yang akan terpilih. Dan dugaanku benar. Dan satu lagi yang membuatku salut dengan kak Raga, dia sudah mengikuti tes ini untuk yang ketiga kalinya, sampai akhirnya untuk tahun ini dia terpilih. Berarti dia memang bersungguh-sungguh dan benar-benar mempersiapkan dirinya dengan matang untuk tes ini.

Alhamdulillah..., aku bersyukur tes hari ini selesai juga. Walaupun aku tidak terpilih. Bukannya tidak, tapi belum. Allah tahu bahwa tahun ini aku belum siap untuk mengikuti SSEAYP. Dan aku akan terus berusaha untuk bisa mendapatkan kesempatan mengikuti program ini tahun depan. Tapi, dengan mengikuti seleksi PPAN, banyak pengalaman dan manfaat yang ku peroleh :
  1. Yang pastinya mendapatkan teman-teman baru dari berbagai universitas dan institusi, saling bercerita   dan berbagi pengalaman mereka masing-masing.
  2. Menambah wawasan tentang kepemudaan dan peran pemuda dalam perkembangan negaranya. Ini membuatku sadar bahwa sampai sekarang, aku masih belum menjalankan peran aktifku sebagai seorang pemuda Indonesia.
  3. Menambah wawasan budaya dan kesenian Indonesia. Dengan melihat penampilan teman-teman, aku jadi tahu berbagai kesenian budaya Indonesia, dan ingin mempelajarinya (untuk persiapan tahun depan juga, untuk mengikuti tes ini lagi.., hehe..)
  4. Never give up, untuk menggapai apa yang kita cita-citakan. Mengambil pelajaran dari Kak Raga yang tidak mudah menyerah dan sudah mengikuti tes ini 3 kali, sampai akhirnya dia terpilih menjadi duta Indonesia dalam program ini untuk tahun ini. Terus berusaha dan bersungguh-sungguh, serta tak lupa untuk berdoa.
  5. Mulai sadar kembali akan pentingnya menguasai bahasa asing (khususnya bahasa Inggris). Karena bahasa merupakan kunci wawasan dan pengetahuan. Harus lebih diperdalam dan juga harus sering dipraktikan dalam percakapan sehari-hari.
  6. Where there is a will, there is a way. Dengan rasa kemauan yang kuat, akan timbul rasa kesungguhan dan selalu berusaha. Sehingga Allah akan menunjukkan jalan untuk mencapai tujuan itu, karena Allah pasti akan menghargai usaha yang dilakukan hamba-Nya selama hambanya selalu mengingat dan menyebut nama-Nya setiap saat.
  7. Selalu optimis dan berprasangka baik. Karena Allah bersama prasangka hamba-Nya , selama hambanya selalu mengingat-Nya.

Peserta seleksi SSEAYP 2012

Kaki-kaki yang akan menapak di negara lain sebagai duta indonesia


2 komentar:

  1. that's an awesome achievement. good job Fikry :D

    BalasHapus
  2. Subhanallah, it's really awesome achievement....
    apalagi bagian qiro'ahnya... :D

    BalasHapus

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib