Tebarkan Iman dengan Cinta, Ubah Dunia dengan Prestasi, Dan Jadikan Hidup Penuh Arti....

Full width home advertisement

My Stories

Post Page Advertisement [Top]


Banyak opini yang berkembang di kalangan masyarakat tentang kedokteran islam. Tapi kebanyakan opini tersebut menyederhanakan kedokteran islam sebagai kedokteran nabi (Thibbun Nabawi). Empat hal yang disebut-sebut berkaitan dengan kedokteran Islam :  
     · Kebiasaan sehat Rasulullah seperti puasa sunah, tidak makan sebelum   lapar, berhenti sebelum kenyang, dll;
     ·  mengkonsumsi madu atau habatussaudah
     ·  bila sampai sakit, terapinya adalah bekam;
     ·  untuk penyakit karena pengaruh sihir dilakukan ruqyah syar’iyah.

Sekarang ini, terjadi hubungan yang sangat jauh antara kedokteran islam dan kedokteran modern. Kedokteran islam selalu identik dengan Thibbun Nabawi saja. Bahkan tidak sedikit yang beranggapan bahwa terjadi hubungan antagonis antara keduanya.  Tidak jarang ditemukan, seorang pasien yang berobat ke pada dokter modern, dan sang dokter mencela dan tidak meyakini Thibbun Nabawi. Begitupun sebaliknya, praktisi Thibbun Nabawi yang mempengaruhi pasien akan dampak negatif kedokteran modern.

Ilmu kedokteran islam didefinisikan sebagai ilmu pengobatan yang model dasar, konsep, nilai, dan prosedur-prosedurnya sesuai atau tidak berlawanan dengan Al-qur’an dan As-sunnah. Pengobatan dalam islam tidak hanya menyembuhkan penyakit, tetapi juga meningkatkan taraf hidup manusia.

Penyederhanaan kedokteran islam hanya sebatas thibbun nabawi merupakan hal yang tidak dapat dibenarkan, walaupun tata caranya berkaitan dengan kedokteran islam. Bahkan bisa bisa dikatakan bahwa pola hidup sehat yang dicontohkan Rasulullah adalah kebenaran hakiki yang tidak diragukan dan sudah dilakukan penelitian mengenai manfaat medisnya.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا ﴿٢١﴾

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al- Ahzab: 21)

Ayat diatas menjelaskan bahwa segala hal yang dicontohkan oleh Rasulullah merupakan teladan yang baik. Tidak terkecuali dalam hal pengobatan dan kedokteran. Banyak sunah-sunah rasul yang setelah diteliti lebih lanjut, ternyata terbukti memberikan manfaat

Rasulullah tidak melarang pengobatan modern, malahan beliau memberikan penganjuran, yang diriwayatkan dalam beberapa hadist bahwa Rasulullah pernah memanggil dokter untuk pengobatan salah satu sahabat Anshar yang mengalami pendarahan internal. Bahkan ketika menjelang wafatnya, beberapa dokter selalu datang untuk mengobati beliau.


Antara Kedokteran Modern dan Thibbun Nabawi

Pada zaman ini, banyak kesalahpahaman yang terjadi di masyarakat mengenai kedokteran modern dan thibbun nabawi. Sebagian mereka ada yang pro terhadap kedokteran modern dan kontra terhadap thibbun nabawi ataupun sebaliknya. Mereka hanya memilih salah satu metode pengobatan saja dan anti terhadap yang lain.

a.        Kedokteran modern merupakan hasil propaganda negara-negara barat

Sebagian masyarakat yang memilih pengobatan nabi saja beranggapan bahwa kedokteran modern merupakan suatu siasat negara-negara barat untuk menghancurkan agama-agama tertentu. Padahal, ilmu kedokteran islam merupakan pelopor kedokteran modern.

Kita sudah mengenal tokoh-tokoh kedokteran islam yang sangat berperan dalam perkembangan dunia kesehatan. Salah satunya adalah Ibnu Sina, dengan bukunya yang berjudul Al-Qanun Fit Thiib (Canon of Medicine), yang merupakan sebuah ensiklopedia kedokteran yang menjadi rujukan dalam dunia kedokteran modern. Kontribusi besarnya di dunia kedokteran menobatkan ia menjadi Bapak Kedokteran Modern.

Walaupun selanjutnya ilmu kedokteran dikembangkan oleh orang-orang barat, tapi jika memang bermanfaat dan benar, tidak ada salahnya kita menggunakannya. Allah swt. Berfirman :

لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِين

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” [Al-Mumtahah: 8]

b.        Kedokteran modern menggunakan bahan kimia berbahaya

Kedokteran modern memang menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Tetapi, bahan-bahan tersebut sudah diteliti dan diatur dosisnya agar sesuai dengan terapi yang diinginkan. Dalam kedokteran modern, dikenal ungkapan :

“ All substances are poison. There is none that is not poison, the right dose and indication deferentiate a poison and a remedy”

“Semua zat adalah [berpotensi menjadi] racun. Tidak ada yang tidak[berpotensi menjadi] racun. Dosis dan indikasi yang tepat membedakannya apakah ia racun atau obat” [Toksikologi hal. 4, Bag Farmakologi dan Toksikologi UGM, 2006]

Kedokteran modern sudah mengatur terapi obat-obat kimia sesuai dosis dan indikasinya. Jika penyakit dibiarkan, akan menjadi lebih berbahaya. Alangkah lebih baiknya mengkonsumsi obat kimia sebelum penyakit bertambah parah. Begitu juga dengan pembedahan. Walaupun itu merupakan sesuatu yang berbahaya, dan merusak atau mencacatkan tubuh, tetapi demi kesembuhan, dibolehkan. Karena islam pun mengajarkan sesuai dengan kaidah ushul fiqh :

إذا تعارض ضرران دفع أخفهم

” Jika ada dua mudharat (bahaya) saling berhadapan maka di ambil yang paling ringan“

Kembali ke pengertian zat kimia, ada yang alami dan buatan. Obat-obatan kedokteran modern juga ada yang menggunakan bahan alami. Begitu juga dengan thibbun nabawi, seperti habbatussauda yang mengandung bahan kimia aktif seperti thymoquinone (TQ), dithymouinone (DTQ),   thymohydroquimone (THQ) dan thymol (THY). Sehingga perlu juga dilakukan penelitian mengenai dosis dan indikasinya.

c.         Tidak menggunakan Thibbun Nabawi = Tidak mengikuti sunnah

Ini adalah pandangan bagi orang-orang yang berpikiran sempit tentang agama. Perlu diketahui bahwa hukum asal berobat adalah mubah karena ini adalah masalah dunia dan tidak berkaitan dengan ibadah. Sesuai dengan kaidah fiqh :

الأصل في الأشياء الإباحة

Hukum asal sesuatu [perkara dunia] adalah mubah”
                            
Begitu juga dengan thibbun nabawi. Boleh menggunakannya ataupun tidak. Jika tidak pun kita tidak berdosa, karena ini merupakan suatu pilihan. Yang dilarang adalah jika kita berobat kepada dukun, penyihir, benda-benda keramat, dan sebagainya yang merupakan suatu bentuk kesyirikan kepada Allah.
  
d.        Tidak sembuh dengan Thibbun Nabawi

Sebagian orang telah berulang kali menggunakan thibbun nabawi,  tetapi belum juga sembuh dari penyakitnya.  Padahal jelas bahwa thibbun nabawi adalah obat bagi segala macam penyakit. 


Sehingga walaupun sudah pasti habbatussauda adalah obat bagi segala penyakit dan madu merupakan penyembuh bagi manusia misalnya, akan tetapi ini masih bahan saja, perlu kemampuan lagi untuk tepat dalam mendiagnosa penyakit, memilih obat, menggunakan dosis obat, meraciknya dan mengkombinasi dengan obat lainnya. Sehingga untuk lebih efektif pengobatannya lebih baik berkonsultasi kepada ahlinya.

e.        Bekam : pengobatan yang tidak logis dan menyakitkan

Bekam merupakan salah satu bagian Thibbun Nabawi. Bebarapa orang berpikir bahwa bekam merupakan pengobatan yang tidak masuk akal dan menyakitkan. Mereka berpikir, bagaimana mungkin suatu penyakit sembuh hanya dengan mengeluarkan darah. Apa lagi jika titik-titik bekam tersebut tidak sesuai dengan titik penyakitnya. Mereka juga tidak mau berbekam karena menyakitkan, apalagi jika seseorang yang berbadan kurus, jika berbekam, maka akan bertambah kurus.

Padahal, seperti pernyataan  ilmuan Damaskus, Muhammad Amin Syaikhu dalam artikel ilmiahnya tentang bekam dan rahasia umum tentang mekanisme kesembuhan yang diperoleh dari praktik bekam terletak pada dibersihkannya tubuh dari darah rusak yang menghambat berjalannya fungsi-fungsi dan tugas–tugas tubuh secara sempurna, sehingga tubuh menjadi mangsa bagi berbagai penyakit.


Kontribusi Islam di Dunia Kedokteran
           
 Islam sangat berperan di dalam perkembangan dunia kedokteran, diantaranya :
  1. Islam adalah agama pertama yang mengusung teori ilmiah nyata mengenai pemahaman penyakit. Islam juga yang pertama yang mengakui keberadaan ilmu kedokteran dan obat-obatan.
  2. Islam menafikan khurafat (mitos), sihir, dan pemikiran-pemikiran sesat.
  3. Islam menyatakan sebuah hakekat ilmiah yang sangat penting, yaitu bahwa segala macam penyakit di dunia pasti ada obatnya kecuali penyakit tua.
  4. Islam memerintahkan umatnya untuk menjaga kebersihan untuk menghindari datangnya penyakit.
  5. Banyaknya tokoh-tokoh kedokteran muslim yang membuat buku-buku kedokteran yang dijadikan buku rujukan dan mengawali perkembangan kedokteran modern.
  6. Ditemukannya teori pembiusan oleh orang muslim
  7. Islam merupakan agama pertama yang mengisyaratkan adanya pengasingan kesehatan (karantina).
  8. Islam menjelaskan perihal ilmu keturunan.

Kedokteran Islam : Integrasi Kedokteran Modern dan Thibbun Nabawi

Mayoritas orang memiliki kecenderungan mencari pengobatan instan, baik medis maupun alternative. Harapan terbesar orang yang sakit adalah kembali sehat. Dokter modern maupun praktisi thibbun nabawi ataupun kedua-duanya tidaklah bisa memberi kesembuhan, karena sesungguhnya Allah lah yang maha menyembuhkan.
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ ﴿٨٠﴾
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku.” (QS. Asy Syu’araa’: 80)

Ilmu kedokteran islam didefinisikan sebagai ilmu pengobatan yang model dasar, konsep, nilai, dan prosedur-prosedurnya sesuai atau tidak berlawanan dengan Al-qur’an dan sunnah. Pengobatan dalam islam tidak hanya menyembuhkan penyakit, tetapi juga meningkatkan taraf hidup manusia.

Menurut ajaran Islam, Allah telah menyediakan pengobatan untuk setiap penyakit yang Dia turunkan. Ajaran ini menunjukkan bahwa setiap pengobatan yang tersedia untuk setiap  penyakit yang kita ketahui harus digunakan, dan bahwa jika pengobatan untuk penyakit tertentu belum kita ketahui, itu adalah tugas kita untuk mencarinya sampai kita menemukannya. Oleh karena itu pengobatan Islam tidak dapat dibatasi untuk beberapa metode penyembuhan yang tidak memiliki jawabannya, atau setidaknya potensi untuk memiliki jawabannya, untuk semua penyakit. Jawaban yang dimaksud adalah latihan rohani atau fisik, penyesuaian nutrisi, sediaan farmasi, baik itu semua bahan alami atau sintetis murni, prosedur bedah, terapi radiasi, atau kombinasinya.

Menurut Dr. Ahmed El-Kadi,  seorang dokter muslim Amerika, yang memiliki kontribusi besar bagi kedokteran islam kontemporer, menyatakan bahwa kedokteran islam memiliki 6 kriteria :
      1.      Memberikan yang terbaik
      2.      Pengobatan berdasarkan pada keyakinan dan etika agama
      3.      Penerapannya berdasarkan logika
      4.      Bersifat komprehensif, memperhatikan jasmani dan kerohanian kepada individu dan masyarakat
      5.      Bersifat universal dalam penggunaan sumber daya dan pelayanan
      6.      Bersifat ilmiah

Kriteria pertama adalah kedokteran islam selalu memberikan yang terbaik. Selalu dievaluasi berdasarkan kemampuan untuk menyelamatkan hidup manusia, memberantas atau mengontrol suatu penyakit, dan meningkatkan kesejahteraan hidup.

Idealnya, seorang yang melakukan praktek kedokteran dalam kedokteran Islam, baik itu dokter modern ataupun praktisi thibbun nabawi hendaklah berperan deliberative (sebagai guru yang memberitahu pasien apa yang harus dikerjakan dan mengapa hal itu harus dikerjakan) sehingga hubungan dokter pasien atau praktisi kesehatan dan pasien menjadi efektif untuk penyembuhan pasien.

Kriteria kedua, kedokteran islam berdasarkan pada keyakinan dan etika agama. Sebagaimana firman Allah dalam al-qur’an, bahwa setiap penyakit yang Dia turunkan, maka Dialah yang menyembuhkannya. Dokter hanyalah sebuah perantaranya.  Maka harus diyakini bahwa tidak ada yang menyembuhkan selain Allah semata.

Kriteria ke tiga dari kedokteran islam adalah pengobatan yang berdasarkan logika. Semua tata cara pengobatan sudah diatur dan diterangkan dalam al-qur’an dan sunnah. Bagaimana seharusnya yang dilakukan oleh seorang yang sakit, apa yang tidak boleh dilakukan, bahan-bahan apa saja yang bisa digunakan sebagai obat, dan yang berbahaya bagi kesehatan. Semuanya telah diatur dan dijelaskan dalam islam.

Kriteria ke empat, bersifat komprehensif, memperhatikan aspek jasmani dan kerohanian, individu dan masyarakat. Islam mengajarkan agar kita makan makanan bergizi, tidak mengonsumsi makanan yang bersifat merusak, seperti alkohol dan narkoba, rutin berolah raga, dan beristirahat pada waktunya. Islam juga mengajarkan agar kita selalu mengontrol emosi dan ketenangan jiwa. Karena jiwa yang selalu tertekan, gundah gulana, selalu curiga, iri, sombong,  membuat daya tahan tubuh menurun dan mudah terserang penyakit.

Dari sisi kerohanian, islam mengajarkan agar selalu bersyukur dan beribadah. Melakukan ibadah bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban atau ritual. Jika dilakukan dengan penuh kesadaran, berdasarkan rasa cinta, dan keikhlasan, dapat membuat hati tenang dan damai.

Islam juga mengarahkan kita agar berprilaku baik, menghormati sesama, tidak menyakiti makhluk lain, dan melakukan segala sesuatu dengan penuh kesadaran. Senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, bertujuan untuk mencegah timbulnya sumber penyakit dan melestarikan sumber daya alam.

Kriteria ke lima, kedokteran islam bersifat universal dalam penggunaan sumber daya dan pelayanan.  Pengobatan islam menggunakan semua bahan-bahan yang berpotensi sebagai pengobatan , baik itu alami atau buatan. Mengadakan suatu penelitian untuk bahan-bahan yang berpotensi sebagai obat, dan menggunakannya jika sudah terbukti manfaatnya. Dalam pelayanan, kedokteran islam tidak membatasi siapa saja yang boleh menggunakannya. Baik muslim ataupun nonmuslim, orang kaya ataupun orang yang kurang mampu dari segi ekonomi boleh menggunakan pengobatan islam.

Dan kriteria yang terakhir adalah kedokteran islam bersifat ilmiah. Kedokteran islam menggunakan metode dan bahan-bahan yang sudah teruji dan diteliti oleh para ahli dan ilmuan sehingga diakui manfaatnya. Penelitian kedokteran modern yang berkembang pesat, hendaklah dimanfaatkan oleh dokter-dokter muslim untuk menemukan pengobatan penyakit mau pun mengambil pelajaran dan hikmah sehingga dokter-dokter muslim dapat kembali merasakan zaman keemasan kedokteran Islam. Di samping itu, dokter muslim yang mendalami ilmu kedokteran modern hendaklah menjadi agen kedokteran Islam dengan berperilaku yang mencerminkan akhlakul karimah.

Kedokteran Islam Modern

“Mohonlah kepada Allah kesehatan. Sesungguhnya karunia yang paling baik setelah keimanan adalah kesehatan” (HR Ibnu Majah)

            Baik dokter modern maupun praktisi thibbun nabawi sudah seharusnya berusaha untuk kesembuhan pasiennya, dan berusaha mengembalikan kejayaan kedokteran Islam dengan cara memperkaya khazanah ilmu masing-masing, memberikan pelayanan kesehatan yang professional dan menunjukkan nilai-nilai keislaman serta saling mendukung dan bekerja sama dalam rangka ikhtiar untuk kesembuhan pasien. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam praktek kedokteran :

  1. Baik pasien maupun dokter / terapis menyadari bahwa segala penyakit yang diturunkan berasal dari Allah dan hanya Allah yang menyembuhkan
  2. Memperhatikan keseimbangan jasmani dan rohani
  3. Bagi seorang dokter / terapis  hendaklah berperan deliberatif (memberitahu pasien apa yang harus dikerjakan dan mengapa hal itu harus dikerjakan)
  4. Menanamkan nilai-nilai Akhlakul Karimah dan juga kode etik kedokteran dalam pelayanan kepada pasien.
  5. Penguasaan ilmu kedokteran  dan didukung oleh ilmu agama
  6. Penggunaan metode dan bahan-bahan yang sudah teruji dan diteliti oleh para ahli dan ilmuan sehingga diakui manfaatnya
  7. Melakukan evaluasi setiap terapi yang digunakan

        Sudah saatnya kedokteran Islam menjadi kiblat kedokteran dunia, tidak hanya dengan menjalin hubungan teraupetik dan deliberative tetapi juga edukatif terhadap pasien-pasiennya tentang makna sehat dan pengobatan itu sendiri. Tugas dokter, praktisi kesehatan nabi, mahasiswa kedokteran bahkan mahasiswa pada umumnya dan masyarakat secara keseluruhan untuk menanamkan paradigma berfikir yang benar tentang kedokteran Islam yang merupakan integrasi kedokteran modern dengan penerapan akhlakul karimah dan pengobatan cara nabi (thibbun nabawi) yang diiringi evidence base medicine (EBM).


Referensi
Aiman bin Abdul Fattah. Keajaiban Thibbun Nabawi. 2004. Al-Qowam : Solo
Fatahillah, Ahmad. Keampuhan Bekam. 2009. Qultum Media : Jakarta
ElkadiA: What is Islamic Medicine? Presented at 1st International Conference on Islamic Medicine, Kuwait, January 1981. Published in Conference Proceedings. Publications of Islamic Organization of Medical Sciences, Center of Islamic Medicine, Kuwait
Elkadi, Ahmed.1996. Contemporary Definition of Islamic Medicine. JIMA. Available from : URL : http://www.iiim.org/Files/Articles/IM_definition_Dr.Elkadi_final.pdf
Clinical Associate Professor of internal Medicine and endocrinology.Islamic Medicine compiled ebook. Indiana University School of Medicine Indianapolis, Indiana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib